Tak
banyak orang tahu bahwa di Indonesia terdapat
sebuah benteng kuno yang
disebut-sebut sebagai benteng terluas di dunia. Benteng tersebut bernama
Benteng Keraton Wolio yang terletak di Kota Baubau, Buton, Sulawesi
Tenggara. Benteng Keraton Wolio adalah peninggalan Kerajaan Buton dan
telah terdaftar dalam Guiness of Record tahun 2006 dan juga rekor MURI
sebagai benteng terluas di dunia dengan panjang mencapai 3 kilometer,
tinggi 4 meter dan tebalnya 2 meter. Benteng ini dibangun abad ke-16
oleh Sultan Buton III bernama La Sangaji bergelar Sultan Kaimuddin
(1591-1596) dan diteruskan hingga masa Sultan Buton VI (1632-1645).
Benteng Keraton Buton aslinya bernama Gafurul Wadudu, berbentuk huruf
dhal (alpabet Arab) yang diambil dari huruf terakhir nama Nabi Muhammad
saww. Menurut cerita masyarakat, pembuatan benteng ini menggunakan bahan
baku utama dari batu-batu gunung yang direkatkan dengan kapur dan
rumput laut serta putih telur sebagai bahan perekat.
Keberadaan
benteng bersejarah yang menarik untuk dikunjungi ini hanyalah satu dari
sejumlah daya tarik wisata Kota Baubau selain menikmati keindahan alam,
budaya dan atraksi wisatanya. Beberapa tujuan wisata alam di Kota Baubau
cukup variatif seperti wisata pantai, gua kuno, air terjun, dan
lainnya.
Terdapat banyak pantai indah yang layak disambangi saat
Anda menyambangi Kota Baubau, di antaranya adalah: Pantai Nirwana,
Kamli, Kalampa, Pantai Lakeba, Kokalukuna, dan lain-lain. Selain
keindahan pantai yang menawan, di kota ini juga dapat ditemui gua-gua
dan air terjun yang menarik dan cantik. Di antaranya adalah Gua Lakasa,
Gua Ntiti, Gua Kaisabu, Bukit Palatiga, Kali Bau bau, Air Terjun Tirta
Rimba, Air Terjun Samparano, Air Terjun Laguna, dan Permandian Alam
Bungi.
Sejak dulu Baubau sudah menjadi pusat Kerajaan Buton
(Wolio) yang berdiri awal abad ke-15 (1401-1499). Ihwal Buton berubah
menjadi sebuah kerajaan adalah atas upaya kelompok Mia Patamiana (si
empat orang), yaitu: Sipanjonga, Simalui, Sitamanajo, dan Sijawangkati. Mereka konon berasal dari Semenanjung Tanah Melayu yang datang ke Buton pada akhir abad ke-13.
Kerajaan Buton sendiri tercatat dalam naskah “Negara Kertagama”
karya Prapanca tahun 1365 Masehi dan karenanya dikenal juga dalam
Sejarah Nasional Indonesia. Dalam kitab tersebut disebutkan bahwa Buton
atau Butuni adalah negeri (desa) Keresian atau tempat tinggal para resi.
Kota Baubau sendiri letaknya strategis sebagai penghubung
Indonesia bagian barat dan timur. Akses menuju ke kota ini didukung
sarana transportasi yang cukup memadai.
Manfaatkan waktu dengan tidak hanya berdiam di penginapan menonton
televisi. Kota Baubau menanti untuk Anda jelajahi. Manfaatkan kendaraan
umum untuk menyambangi lokasi tujuan wisata yang menarik di kota ini
seperti: Pantai Kokalukuna, Gua Lakasa, Batu Puoaro, Gua Moko, Air
Terjun Samparona, dan Benteng Sorowolio.
Sejumlah cagar budaya
dapat Anda sambangi satu-persatu di Benteng Wolio. Beberapa di antaranya
adalah: lokasi pelantikan Sultan Batu Popaua, Yigandangi, Legenda Kuda
Hijau (kuda kesayangan Sultan namanya Jara Ijo), Masjid Agung Masigi
Ogena, dan Kasulana Tombi yaitu tiang bendera kerajaan Buton yang sudah
berumur ratusan tahun.
Kegiatan berkeliling akan menarik
dilakukan menyusuri hutan Karya Baru. Di sini Anda dapat menjumpai
puluhan spesies anggrek langka yang tidak ada duanya di dunia. Anda pun
dapat menikmati waterfall/air terjun Bungi yang berada di Kecamatan
Sorowolio tidak kurang 8 km dari pusat kota pula.
Kota Baubau dapat ditempuh dengan menumpang pesawat dari Jakarta namun melalui Makassar, Sulawesi Selatan.
Kota Baubau sendiri letaknya strategis sebagai penghubung Indonesia
bagian barat dan timur. Akses menuju ke kota ini didukung sarana
transportasi yang cukup memadai seperti Pesawat Express Air yang
beroperasi 2 kali sehari, Pesawat Wings Air yang beroperasi tiap hari,
kapal PELNI 28 kali sebulan dan kapal cepat 2 kali sehari dengan rute
Bau-Bau – Raha – Kendari.
Dari Kendari, ibu kota Sulawesi Tenggara, Kota Baubau dapat ditempuh melalui jalur laut, yaitu dengan menumpang kapal PELNI maupun super jet dari Kendari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar