Situs Purbakala Kompleks Percandian Muarojambi terletak sekitar 26 kilometer arah timur Kota Jambi di tanggul alam kuno Sungai Batanghari. Situs ini mempunyai luas 12 km persegi, panjang lebih dari 7 kilometer serta luas sebesar 260 hektar yang membentang searah dengan jalur sungai. Situs ini berisi 61 candi yang sebagian besar masih berupa gundukan tanah (menapo) yang belum diokupasi. Dalam kompleks percandian ini terdapat pula beberapa bangunan pengaruh agama Hindu.
Candi Muarojambi merupakan warisan budaya bernilai tinggi dimana bangunan-bangunan candi dan bekas reruntuhannya menunjukkan bahwa di masa lalu Percandian Muarojambi pernah menjadi pusat peribadatan agama Budha Tantri Mahayana. Hal ini terlihat dari ragam temuan sarana ritual seperti, Arca Prajnaparamita, reruntuhan stupa, arca gajah singha, wajra besi serta tulisan-tulisan mantra yang dipahatkan pada lempengan emas atau digoreskan pada bata. Diantara bata-bata yang bertulis terdapat suku kata 'Wijaksana'’, kemudian sebutan 'wajra' pada lempengan emas, serta aksara nagari pada batu permata berbunyi 'tra-tra'.
Penemuan lain berupa manik-manik, perhiasan, tembikar, pecahan genting, dan sisa-sisa peralatan rumah tangga yang menunjukkan bahwa kawasan yang mengelilingi kompleks percandian ini juga pernah menjadi kawasan pemukiman, diduga kuat merupakan tempat bermukimnya para biksu dan pelajar Budha di masa lalu.
Selain itu, di situs ini juga ditemukan peninggalan berupa keramik dari Cina masa Dinasti Song (abad ke 11-12 Masehi), yang mengindikasikan adanya hubungan internasional yang telah terjadi pada masa itu. Sementara penemuan keramik Eropa abad ke-19 membenarkan adanya ekskavasi yang pernah dilakukan oleh Perwira Inggris dan sarjana Belanda abad ke 19-20.
Di dalam kompleks situs tidak hanya terdapat candi tapi juga menyimpan aneka artefak kuno seperti arca, keramik, manik-mani, mata uang kuno dll. Ada 8 kompleks percandian, kolam kuno, yang oleh penduduk setempat dinamai Kolam Telago Rajo, serta diperkirakan lebih dari 60 buah menapo yaitu gundukan tanah reruntuhan sisa bangunan kuno.
Pada mulanya situs Muarojambi tidak banyak dikenal orang dan hanya diketahui penduduk setempat. Baru pada tahun 1820, secara terbatas situs ini mulai terungkap setelah kedatangan S.C. Crooke, seorang perwira Inggris ketika bertugas untuk pemetaan Sungai Batanghari. Ia mendapat laporan dari penduduk setempat tentang adanya peninggalan kuno di Desa Muarojambi. Selanjutnya tahun 1935-1936, seorang sarjana Belanda yang bernama F.M. Schnitger, dalam ekspedisi purbakalanya di wilayah Sumatera sempat melakukan penggalian terhadap situs Muarojambi. Sejak itu Muarojambi mulai dikenal dan mulai 1976 sampai saat ini, secara serius dan bertahap, dilakukan penelitian dan preservasi arkeologi untuk menyelamatkan situs dan peninggalan bersejarah di situs Muarojambi ini. Candi ini saat ditemukan merupakan batu merah yang tetumpuk. Beberapa tertumpuk membentuk stupa seperti layaknya candi Budha lainnya.
Sejak pertengahan tahun 2007, usaha pemugaran dan pembangunan candi dari reruntuhan menapo berhasil ditemukan kembali dilakukan. Pemanfaatan kembali situs ini sebagai bagian dari upacara hari-hari besar keagamaan Agama Budha telah dilaksanakan, bahkan situs ini menjadi pusat pelaksanaan perayaan Waisak yang masuk dalam agenda Nasional disamping Borobudur.
Di sini Anda akan mendapati situs purbakala terbentang sepanjang 7,5 kilometer sepanjang tepian aliran Sungai Batanghari. Pada beberapa titik tepian Batanghari terdapat kanal-kanal kuno atau sungai buatan yang menghubungkan Sungai Batanghari dengan kawasan situs. Melalui kanal kuno yang melingkari kawasan situs inilah pada masa lalu deretan kompleks bangunan candi dapat dicapai lokasinya. Situs Percandian Muarojambi seluas 2062 hektar, telah ditemukan sedikitnya 82 reruntuhan bangunan kuno yang terbuat dari struktur bata. Ketujuh kompleks bangunan candi itu adalah Candi Gumpung, Candi Tinggi I, Candi Tinggi II, Candi Kembar Batu, Candi Astano, Candi Gedong I dan Gedong II, serta Candi Kedaton.
Cukup dengan membayar Rp3.000,00-Rp5.000,00 Anda sudah bisa menikmati objek wisata Candi Muarojambi. Di sinilah Anda juga akan berpesiar ke masa lalu dengan mengunjungi museumnya yang menyimpan temuan purbakala atau situs baik dari hasil penelitian maupun temuan penduduk Muaro Jambi. Di dalamnya terpajang beraneka ragam koleksi yang peninggalan purbakala Situs Muarojambi seperti arca, belanga, padmasana, manik-manik, mata uang, bata berhias, serta keramik-keramik baik asing maupun tembikar lokal. Arca Prajnaparamita, Arca dalam wujud dewi ini digambarkan dalam dharma-canramudra, yaitu sikap tangan sedang memutus roda dharma. Belanga, merupakan wadah logam dengan berat 160 kg serta tinggi 0,67 meter dengan lingkar bibir berdiameter 1,06 meter.
Selain tinggalan berupa bangunan, di dalam kompleks juga ditemukan arca prajnyaparamita, dwarapala, gajahsimha, umpak batu, lumpang atau lesung batu. Gong perunggu dengan tulisan Cina, mantra Buddhis yang ditulis pada kertas emas, keramik asing, tembikar, belanga besar dari perunggu, mata uang Cina, manik-manik, bata-bata bertulis, bergambar dan bertanda, fragmen pecahan arca batu, batu mulia serta fragmen besi dan perunggu. Selain candi pada kompleks tersebut juga ditemukan gundukan tanah serupa gunung kecil buatan manusia. Oleh masyarakat setempat gunung kecil tersebut disebut sebagai Bukit Sengalo atau Candi Bukit Perak.
Di dalam kompleks tidak hanya terdapat candi tetapi juga ditemukan parit atau kanal kuno buatan manusia, kolam tempat penampungan air serta gundukan tanah yang di dalamnya terdapat struktur bata kuno. Wilayah situs dikelilingi oleh setidaknya 6 kanal atau parit-parit kuno buatan manusia, yang oleh penduduk setempat dinamai Parit Sekapung, Parit Johor dan Sungai Melayu. Sebagian besar parit tersebut saat ini sudah mengalami pendangkalan. Beberapa tahun silam, penduduk setempat masih memanfaatkan alur-alur kanal kuno ini sebagai sarana transportasi dengan menggunakan sampan tradisional. Bukan tidak mungkin bahwa pada masa lalu kanal-kanal ini dibuat dengan alasan yang sama, yaitu sebagai sarana transportasi dan distribusi logistik, selain sebagai sistem drainase kawasan rawa. Ada pula yang menduga fungsi strategisnya sebagai sistem pertahanan kompleks percandian. Dalam kompleks tersebut minimal terdapat 85 buah menapo yang saat ini masih dimiliki oleh penduduk setempat. Ada juga Kolam Telago rajo Terletak di depan candi Gumpung atau sebelah Timur museum situs. Kolam ini berukuran 100 x 120 m yang selalu tergenang air dengan kedalaman 2-3 m dari permukaan tanah.
Taman Nasional Berbak, merupakan salah satu kawasan konservasi lahan basah yang penting di Asia Tenggara dengan kawasan ramsar (lahan basah Internasional). Letak geografis Taman Nasional Berbau berada antara 104o 06 BT - 104o 30o BT dan 10o 4' LS -1o 35' LS. Secara administrasi Taman ini terletak di Kabupaten Muarojambi dan Tanjung Jabung Timur Propinsi Jambi. Sebagai kawasan lahan basah Berbau ditumbuhi beraneka jenis vegetasi yang khas dan tahan terhadap genangan air. Burung Kuau Besar Burung Kuau Besar (Great Agus Pheasant-Arguisanus Argus) adalah salah satu jenis satwa langka yang saat ini masih ada dan hidup di hutan Tanjung Katung Kecamatan maro Sebo Kabupaten Muarojambi
Wisata Agro, banyaknya Perusahaan-perusahaan Perkebunan Swasta besar yang bergerak dibidang perkebunan kelapa sawit disamping merupakan sarana pemberdayaan ekonomi rakyat melalui sektor perkebunan, dapat juga dijadikan objek agro wisata yang cukup menarik bagi Andauntuk mencicipi keindahan alam dan udaranya yang masih segar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar