Proses pengelolaan daun teh di
Perkebunan Teh Kayu Aro hingga kini masih menggunakan cara konvensional.
Serbuk-serbuk teh tidak menggunakan bahan pengawet atau bahan pewarna
tambahan. Bahkan, untuk menjaga kualitas teh hitam terbaik, pekerja
dilarang untuk menggunakan kosmetik ketika mengolah teh. Cita rasa dan
aroma teh ortodox yang dihasilkan di perkebunan ini berkualitas di
dunia, jadi tidak heran jika teh kayu aro menjadi teh kegemaran Ratu
Inggris dan Ratu Belanda pada massanya.
Perkebunan Teh Kayu Aro didirikan oleh
Perusahaan Belanda bernama Namlodee Venotchaat Handle Verininging
Amsterdam sejak 1925. Tahun 1959, melalui PP No. 19 Tahun 1959
perkebunan ini diambil alih Pemerintah Republik Indonesia pengawasan dan
pengelolaannya dilakukan oleh PT. Perkebunan Nusantara VI (PTPN VI).
PTPN VI hingga kini yang melakukan perawatan, pemeliharaan tanaman,
pemetikan pucuk teh, pengolahan di pabrik, sampai pengemasan dan
pengeksporan ke berbagai negara.
Setiap tahunnya, Perkebunan Teh Kayu Aro
bisa menghasilkan 5.500 ton teh hitam. Teh artodox grade satu (teh
unggulan) ini diekspor ke Eropa, Rusia, Timur Tengah, Amerika Serikat,
Asia Tengah, Pakistan, dan Asia Tenggara.
Jalur yang akan mengantarkan Anda ke Perkebunan Teh Kayu Aro adalah
jalur yang sama yang akan mengantarkan Anda pada keindahan Gunung
Kerinci. Terdapat dua jalur menuju Kayu Aro. Jika Anda berangkat dari
Padang, Sumatera Barat maka dapat menggunakan bus jurusan Padang-Sungai
Penuh. Jarak yang ditempuh sekira 300 kilometer dengan waktu 6 sampai 7
jam melalui Taman Hutan Raya Muhammad Hatta dan Muara Labuh.
Bagi
yang mendambakan kedamaian, Perkebunan Teh Kayu Aro merupakan tempat
yang cocok. Hamparan tanaman teh yang luas serta udara bersih akan
memberikan ketenangan bagi jiwa. Berjalan menelusuri perkebunan teh (tea walk)
sambil menyaksikan pekerja memetik teh merupakan kegiatan menyenangkan.
Bahkan, Anda bisa ikut mencoba memetik teh bersama mereka. Kegiatan
yang sederhana namun sangat bermakna.
Pabrik teh yang dibangun sejak awal
perkebunan ini berdiri pun tidak banyak berubah. Dengan meminta izin
dari PT Perkebunan Nusantara VI (PTPN VI), Anda bisa menyaksikan proses
pengelolaan mulai dari pemetikan daun teh, proses pelayuan di bak-bak
yang di bawahnya dialiri udara panas. Anda juga dapat mengamati teh
tersebut dikeringkan dengan lori gantung dan pengangkutannya ke tempat
penggilingan mesin. Proses fermentasi hingga proses penggorengan atau
proses pembuatan bubuk the juga menarik untuk dilihat. Jika Anda
beruntung, bisa menyaksikan pekerja memisahkan bubuk-bubuk teh
berdasakan mutu dan bahkan proses pengujian teh berkualitas dari ruang
pengujian.
Jika Anda berjiwa berpetualang, cobalah untuk mendaki Gunung Kerinci atau setidaknya trekking di Taman Nasional Kerinci Seblat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar