Selasa, 18 November 2014

Istana Kuning, Pangkalan Bun

Istana Kuning terletak di jantung Pangkalan Bun, sebuah kota kecamatan sekaligus ibu kota kabupaten yang ramai dikunjungi pengunjung baik dari dalam maupun luar negeri. Pangkalan Bun menjadi semacam salah satu pintu masuk atau tempat singgah untuk memasuki kawasan Kalimantan Tengah yang populer hingga mancanegara. Salah satu primadona destinasi wisatanya adalah tentu saja Taman Nasional Tanjung Puting yang memiliki kekayaan hutan tropis dan berfungsi sekaligus sebagai hutan paru-paru dunia. Terdapat sejumlah flora dan fauna yang dilindungi di kawasan ini. Taman nasional ini juga menjadi tempat pelepasan orangutan yang nyaris punah setelah mengalami masa karantina di pusat rehabilitasi. Camp Leakey adalah salah satu pusat rehabilitasi orangutan yang ada di kawasan sekitar taman nasional.
 
Selain TN Tanjung Puting, bagi Anda penggemar ekowisata atau trekking di hutan atau bahkan melakukan penelitian, ada pula kawasan lindung Suaka Margasatwa Sungai Lamandau. SMS Lamandau dinobatkan sebagai suaka margasatwa karena kawasan ini merupakan tipe hutan dataran rendah berawa yang tentunya memiliki banyak sekali manfaat bagi lingkungan sekitar bahkan dunia. SMS Lamandau berjasa dalam menjaga keseimbangan iklim dan mereduksi efek pemanasan global, berfungsi sebagai kawasan penyuplai atau penjaga stok air bersih, proteksi tanah, sumber bahan obat-obatan herbal, mengurangi polusi, penghasil produk hutan non kayu, pendidikan, kegiatan penelitian ilmiah, dan pemanfaatan wisata alam (ekowisata) secara terbatas.
 
Selain potensi hutan tropis yang kaya, terdapat sejumlah tujuan wisata bahari yang dapat menjadi agenda berkeliling selama berada di kawasan ini. Sebut saja wisata Pantai Bugam Raya, yang secara geografis letaknya berhadapan dengan Taman Nasional Tanjung Puting.
 
Bugam Raya meliputi destinasi wisata Pantai Kubu, Tanjung Penghujan, Tanjung Keluang, Keraya, dan Gosong Senggoro. Masing-masing pantai memiliki keistimewaan sendiri sebagai destinasi penunjang destinasi utama Taman Nasional Tanjung Puting.
 
Untuk wisata sejarah dan religi, Anda dapat menyempatkan mengunjungi salah satu masjid tertua di Kalimantan Tengah, yaitu Masjid Kiai Gede. 
 
Sebagai warisan budaya kerajaan Islam di Kalimantan Tengah, Istana Kuning menjadi salah satu ikon penting bagi Pangkalan Bun. Berjalan-jalan di kompleks istana kayu ini akan menghadirkan suasana dan suguhan keindahan istana peninggalan sejarah. 
 
Saat mengunjungi Istana Kuning, Anda dapat meminta izin dan bantuan kerabat kerajaan yang tinggal di belakang wilayah kerajaan. Mereka dapat membantu menjelaskan tentang sejarah Kerajaan Kutaringin dan istana ini. 
 
Masuklah ke beberapa bangunan kayu di kompleks Istana Kuning dan telusuri keindahan istana ini meskipun sudah mengalami pemugaran total. Di bagian belakang istana terdapat Taman Keraton Indah Sari yang dulunya adalah alun-alun istana namun kini terbuka untuk umum. Taman tersebut ditata apik dan terdapat sebuah tugu di tengah-tengahnya. 
 
Terdapat sejumlah lukisan raja-raja terdahulu yang diletakkan di salah satu pojok ruangan. Di istana ini juga dapat dilihat kereta dari kayu yang biasa digunakan para anggota kerajaan sebagai kendaraan masa lalu. Kereta ini adalah kereta baru yang dipesan khusus sebagai penghias istana yang sekarang nyaris kosong akibat insiden kebakaran. Di sini terdapat pula sepasang patung pengantin, payung, dan kain batik berwarna kuning.  
 

Dreamland, Bali

Mungkin Anda bertanya-tanya sekaligus bingung mengapa pantai ini disebut Dreamland, karena pantai-pantai lainya di Bali menggunakan nama lokal. Menurut cerita, pantai ini dinamakan Dreamland karena di wilayah ini konon akan didirikan proyek pusat wisata terbesar di Asia Tenggara dan juga akan dibangun resor super mewah yang berdampingan dengan wisata alam dan pantai. Dahulu daerah ini adalah daerah tandus dan gersang. Namun sebelum berdiri megah, proyek ini terhenti akibat krisis moneter tahun 1998. Penduduk setempat sangat berharap proyek ini dapat selesai sehingga mereka dapat beralih dari bertani ke bisnis pariwisata, maka mereka menyebut tempat ini sebagai tanah impian (Dreamland) sejak saat itulah kawasan ini dinamankan Dreamland.
Pantai Dreamland terletak di desa Pecatu, kabupaten Badung, beberapa kilometer sebelum Pura Luhur Uluwatu dari arah Denpasar. Tebing-tebing yang menjulang tinggi dan celah batu karang yang berukuran besar tampak berdiri kokoh mengelilingi pantai ini. Hamparan pasir putih, ombak berbuih dan batu karang siap menyambut kedatangan Anda di pantai ini.
Ketika Anda memasuki kawasan pantai Dreamland yang molek, Anda bisa memulai kunjungan dengan memainkan kaki Anda di dalam pasir di sepanjang pantai, berenang, bermain ombak, mengambil foto atau hanya sekedar duduk dengan kekasih Anda sambil menikmati hembusan angin pantai menyapu rambut dan kulit Anda sembari menunggu matahari tenggelam dalam warna keemasan.
Dreamland juga memiliki ombak yang tinggi dan besar. Oleh karena itu, banyak peselancar membawa papan selancar mereka untuk menaklukkan ombak pantai ini.
Banyak pasangan dari berbagai belahan dunia menjadikan pantai ini sebagai latar belakang foto prewedding mereka.
Dreamland dapat ditempuh selama 20 menit dengan berkendara dari Bandara Ngurah Rai, Bali. Anda dapat menggunakan jasa taksi, mobil atau motor sewaan, serta agen perjalanan untuk menuju Pura Luhur Uluwatu. Jika menggunakan jasa agen perjalanan, kunjungan ke Pura Luhur Uluwatu biasanya menjadi satu paket dengan obyek wisata lainnya di daerah Bali selatan.

Pantai Plekung, Banyuwangi

Indonesia bangga memiliki Pantai Plengkung di ujung timur Pulau Jawa. Selain karena keindahan dan kealamiannya, juga pesisir yang bentuknya melengkung panjang ini merupakan salah satu tempat berselancar terbaik di dunia. Pantai Plengkung atau lebih popular disebut G-Land menawarkan surga bagi surfer untuk menunggang ombak luar biasa, mendunia, dan legendaris.

Ada beberapa konotasi mengapa Pantai Pelengkung disebut G-Land. Huruf ‘G’ untuk G-Land memiliki tiga pengertian beragam. Pertama, untuk huruf awal kata “Great” sebagai gambaran ombaknya yang luar biasa. Kedua, untuk huruf awal kata “Green” atau kadang “Green Land”  karena lokasinya tidak jauh dari hamparan hutan hujan tropis tua yang hijau yaitu Taman Nasional Alas Purwo. Ketiga, merujuk pada ‘G’ untuk awal huruf kata ‘Grajagan,’ sebuah pantai dan pelabuhan tempat perahu nelayan yang dipakai wisatawan untuk mencapai Plengkung. Sebutan G-land juga berarti karena Plengkung berada di Teluk Grajagan yang menyerupai huruf G.


Keunikan ombak di G-Land ini adalah baru pecah setelah 1 hingga 2 km dari arah timur ke barat dengan ketinggian mencapai 4-6 meter dalam interval 5 menit. Dengan kondisi tersebut membuat peselancar proffesional dapat menikmati gulungan ombak atau “barrel” yang lebih lama dan panjang. Oleh karena itu tidaklah mengherankan Plengkung sudah lima kali menjadi tuan rumah ajang surfing internasional.

G-land: Memburu Ombak Legendaris di PlengkungDengan formasi ombak raksasa datang susul-menyusul sebanyak 7 lapis dan bersusun "go to left" membuatnya cocok ditunggangi peselancar kidal. Inilah yang membuat G-Land menjadi idaman dunia surfing internasional dan salah satu pantai yang mempunyai ombak terbaik di dunia.

Selain di Plengkung, hanya Hawaii, Australia, dan Afrika Selatan saja yang memiliki ombak menantang seperti itu. Ombak di Plengkung adalah nomor dua setelah Hawaii. Hawaii sendiri memiliki ombak terus-menerus sepanjang tahun. Puncak ombak di Plengkung hanya ada di bulan-bulan tertentu antara April hingga Agustus.


Bob Laverty dan Bill Boyum adalah orang pertama yang mempopularkan pantai dan ombak di Plengkung tahun 1972. Mereka kemudian mendirikan surf camp di sana dan akhirnya dikenal luas peselancar kelas dunia dari berbagai negara. Berikutnya, Bobby Radiasa seorang peselancar dari Bali mengembangkan surf camp dan mengelolanya hingga saat ini.

Hamparan pantai berpasir putih di kawasan ini diselimuti kawasan hutan yang masih alami dan jauh dari kebisingan hiruk pikuk perkotaan. Jelasnya di sini tak cukup sinyal handphone untuk aktif, tidak pula terjangkau jaringan televisi, serta tidak ada pula pedagang kaki lima. Semua itu telah menjadikannya Plengkung sebagai kawasan paling ideal untuk Anda yang ingin berselancar dan benar-benar menjauh sejenak dari peradaban kota.

Tinggi ombak di Plengkung ini cenderung kurang tepat bagi peselancar pemula. Akan tetapi, Anda tidak perlu cemas apabila tidak bisa berselancar karena pemandangan alam kawasan ini sangat menawan dan luar biasa.

Pagi hari setelah sarapan, berjalan-jalanlah menyusuri pantai pasir putih Plengkung. Pasirnya benar-benar putih seperti butiran kristal dan kaki Anda akan terbenam menginjaknya. Sejauh mata memandang tak kalah indah karena ada hamparan air laut luas membentang.

Pukul 10 pagi, Anda dapat menonton para surfer terjun ke laut. Menyaksikan atraksi luar biasa dari kejauhan di rumah panggung yang memang disediakan bagi penonton. Sangat disarankan Anda membawa teropong agar dapat melihat para surfer beraksi karena ombak besarnya memang agak ke tengah laut. Bagi Anda yang hobi fotografi maka perlu lensa binocular tentunya di sini.

Ombak Plengkung terbagi tiga tingkatan yaitu kong, speedis, dan many track. Masing masing ombak berada di area yang berbeda. Jenis ombak tingkat pertama yakni kong, ini merupakan ombak yang tingginya mencapai 6-8 meter. Ombak ini paling dicari oleh peselancar internasional. Tingkat kedua, speedis, mempunyai ketinggian 5-6 meter dan menjadi konsumsi peselancar professional. Kemudian, tingkat ketiga dikenal dengan sebutan many track dengan tinggi ombak sekitar 3-4 meter.  Ombak speedis cocok untuk pemula meskipun peselancar professional juga sering datang ke sini pada bulan Maret-Juni menunggu bulan Juli sampai September dimana ombak di Plengkung begitu menantang. Di bulan-bulan tersebut peselancar dari mancanegara berdatangan.

Bagi Anda yang ingin belajar berselancar jangan khawatir, di Pantai Batu Lawang adalah tempat yang tepat untuk belajar dan menjajal ombak many track. Lokasinya tidak jauh dari Plengkung. Jika ditempuh dengan jalan kaki memakan waktu sekitar 20 menit. Wisatawan mancanegara sering menyebut ombak di daerah tersebut dengan sebutan "twenty-twenty" yang artinya 20 menit mendayung ke tengah dan 20 menit menikmati titian ombak.

Selain Pantai Plengkung ada juga Pantai Parang Ireng yang terhampar pantai indah berpasir putih bersih bak kristal. Patut pula Anda mengunjungi Pantai Gotri dengan pasir putihnya yang berbentuk bulat besar dan sangat ringan sehingga terasa sulit untuk berjalan di pantainya.

Antara Pancur ke Plengkung terdapat hutan sawo kecik unik yang tumbuh berjajar di tepi pantai. Buah sawo kecik kulitnya berwarna merah dan buahnya manis dapat langsung Anda ambil dan cicipi saat berjatuhan di tanah.

Pulau Rote, Kupang

Untuk mengunjungi Pulau Rote, terbanglah ke Kupang di Pulau Timor. Anda akan mendarat di Bandara El Tari dimana selanjutnya menuju Pelabuhan Laut Tenau. Bila waktu terlanjur petang maka ada baiknya Anda menginap di Kupang.
Dari Tenau, Anda akan menyebrangi lautan ke Ba’a di Pulau Rote. Perjalanan akan ditempuh selama 2 jam dengan menggunakan feri cepat atau sekitar 4,5 jam dengan feri biasa.
Setiba di pelabuhan Ba’a Rote, Anda dapat melihat pantai berair jernih dan pohon-pohon bakau menghiasi sekelilingnya. Ada juga dermaga dengan suasana pantai pasir putih, pertokoan serta rumah penduduk beberapa rumah penduduk dengan ciri khas pagar yang terbuat dari pelepah daun lontar yang telah mengering.
Jalanan yang naik turun dan berkelok-kelok membawa Anda menikmati hamparan bukit yang luas dengan hewan-hewan berkeliaran.
Dari Ba’a naiklah transportasi umum dengan waktu 2 jam perjalanan untuk tiba di Desa Nemberala.

Tak salah lagi, bahwa Pulau Rote merupakan surga bagi peselancar dunia. T-Land merupakan jalur ombak yang menggulung ke arah kiri dengan putaran yang spektakuler. T-Land adalah  salah satu jalur ombak terpanjang di Indonesia yang menggulung ke kiri. Kemurahan gulungan ombak ini disediakan alam dari Mei hingga Oktober.
Di hadapan gulungan ombaknya terdapat pagar alam di bawah permukaan laut berupa terumbu karang yang bisa melukai bila peselancar tak pandai membaca waktu. Panjang gulungan ombaknya bisa mencapai ratusan meter, inilah jalur paling tepat bagi mereka yang mahir.
Di Nemberala terdapat jalur ombak yang sedikit bergerak perlahan, yaitu di Break. Tinggi ombak di tempat ini mencapai tiga kali tinggi orang Indonesia. Lokasinya digemari pesalancar mahir yang datang pada bulan Juli hingga September.
Bagi mereka yang gemar jalur arah putaran ke kiri, ada dua tempat lagi yang ditempuh dengan bersepeda selama 30 menit dari Nemberala, yaitu di Peanuts dan Bo’a.

Bagi yang memimpikan kecepatan dalam berselancar maka N’dau adalah pilihan nomor wahid. Jalurnya ombaknya serupa menyediakan gulungan air spektakuler dari arah kanan kirijuga.
Bagi para penggemar selancar arah kanan, maka pergilah ke Pulau Do’o, tempat yang menjadi penyedia gulungan ombak arah kanan terpanjang di Indonesia. Hanya dengan berperahulah para peselancar dapat menunggangi kehebatan ombaknya. Tak seperti tempat lainnya, di Pulau Do’o maka para peselancar pergi di awal musim atau di ujungnya, karena letak geografisnya yang unik. Pendek kata, saat tempat lain tutup, Pulau Do’o membuka waktu selancarnya di bulan Maret dan Desember.
Secara teknis, sebetulnya pulau paling selatan di Indonesia ialah Pulau N’dana, tapi karena tak berpenduduk, maka Pulau Rote, induk pulaunya, dinobatkan sebagai pulau paling selatan. Di sini peselancar bisa menikmati dua arah kiri dan arah kanan karena posisinya yang unik, dekat dengan Pulau Rote di utaranya.

Saat Anda di Pulau Rote, pahamilah bahwa penting untuk mengenal spesies khusus asal Pulau Rote, yaitu kura-kura leher ular (snake-necked turtle). Spesies ini amat sangat langka dan dilindungi secara khusus mengingat jumlah populasinya yang tinggal segelintir saja. Penjualan hewan langka yang ilegal menjadikan spesies ini terancam punah. Bila ada tawaran untuk memilikinya, berlakulah bijak dengan cara menolaknya. Perburuan liar akan berhenti bila kita mengecam pembeliannya.
Bila Anda suka berenang dan menyelam maka Rote pun menawarkan beberapa tempat yang sangat anggun di bawah lautnya. Dengan pulau-pulau kecil yang kebanyakan tak berpenghuni maka terumbu karang di bawahnya sangat asri dan ditinggali ikan beraneka warna, termasuk ikan pari Manta dan juga hiu dugong.

Batu Karas, Pangandaran

Sebagai salah satu surga bagi para peselancar, Batu Karas merupakan campuran dari pantai Batu Hiu dan pantai Pangandaran. Pantai ini cocok untuk berenang dan berselancar, karena Batu Karas tidak hanya menawarkan air yang tenang tetapi juga gelombang yang menantang. Merupakan perpaduan yang cantik dan harmonis. Beberapa orang menyebutnya sebagai Bali kecil, karena menawarkan pengalaman yang sama tetapi sedikit tantangan. Terletak sekitar 40 kilometer atau satu jam perjalanan dari Pangandaran, pantai berpasir hitam yang cantik ini merupakan tempat liburan yang sempurna karena suasananya yang sepi dibanding dengan Pangandaran atau bahkan Bali.

Batu Karas sudah populer di kalangan para peselancar, nasional dan internasional. Selain pantainya yang relatif datar, Batu Karas juga memiliki teluk kecil, sehingga peselancar tidak perlu mendayung terlalu jauh ke titik awal gelombang datang. Untuk pemula ada banyak tempat penyewaan perlengkapan berselancar sekaligus dengan instruktur yang berpengalaman yang dapat mengajarkan segala hal yang harus Anda ketahui tentang berselancar. Jadi, tidak peduli apakah Anda seorang peselancar profesional atau tidak pernah berselancar atau tidak sama sekali, Anda masih bisa mencoba menangkap gelombang Batu Karas yang indah.

Umumnya, ada tiga tempat berselancar yang biasa dikenal di kalangan peselancar; Karang, Legok Pari dan Bulak Bendak. Karang, secara harfiah berarti batu, yang mungkin berasal dari banyak batu yang terletak pantai ini, kesempatan berselancar di pantai ini hanya didapat ketika air sedang pasang. Legok Pari adalah tempat berselancar paling favorit dan pantai yang sempurna untuk pemula karena pantai ini relatif aman dan ombak tidak terlalu tinggi. Untuk peselancar profesional, Bulak Bendak adalah tempat yang mereka pilih. Di sini, gelombang dapat menciptakan dinding panjang dan tinggi. Untuk sampai Bulak Bendak Anda harus naik perahu dengan biaya sekitar Rp200.000,00.


Batu Karas tidak hanya bisa dinikmati dengan berselancar saja, tapi tempat dimana Anda bisa menikmati Jet Ski, banana boat dan naik kereta kuda di tepi pantai. Namun itu hanya beberapa contoh yang bisa Anda lakukan di pantai ini. Bagi mereka yang suka berpetualang, Batu Karas menawarkan beberapa tempat yang cocok untuk berkemah dan hiking. Untuk petualangan lebih menantang, Anda dapat meminta penduduk lokal untuk membawa Anda ke Karang Nunggal, sebuah pantai terpencil dengan pemandangan spektakuler yang dihiasi oleh batu besar dan tinggi. Batu Karas adalah tempat liburan yang tepat bagi siapa pun. Berjalan di pantai saat matahari terbenam, menikmati kopi di "warung" di sore hari, menghabiskan hari dengan menonton anak-anak Anda membangun istana pasir di pantai atau hanya sekedar berjemur sambil bermandikan cahaya matahari.

Berselancar mungkin yang pertama terlintas di benak Anda ketika mendengar Batu Karas, dan jika Anda tidak bisa berselancar, Anda bisa belajar di pantai ini. Dengan begitu banyak jenis gelombang dan tempat untuk dipilih, berselancar di Batu Karas tidak hanya menarik, tapi juga menyenangkan.
Ada beberapa jenis olahraga air dan aktivitas pantai yang juga dapat Anda lakukan di pantai seperti jet ski, naik banana boat, snorkeling, memancing, berenang, naik andong di tepi pantai dan bersenang-senang di pantai dangkal. Ada juga tempat di mana Anda bisa berkemah dan hiking atau melakukan sedikit jelajah huta

Sejarah Glodok

Romantisme sejarah Pecinan di tengah hiruk-pikuk modernitas Ibu Kota akan menarik untuk diulik. Apalagi jika jejak sejarah itu tampak jelas terpampang pada banyak bangunan yang bisa ditelusuri dengan hanya berjalan kaki.

Dalam sejarahnya, kawasan Pecinan selalu menjadi penopang sekaligus jantung perekonomian suatu kota. Sebagai kawasan yang disebut-sebut sebagai Pecinan terbesar di Indonesia, kawasan Pecinan Glodok dikenal sebagai salah satu pusat roda perekonomian Ibu Kota, terutama sebagai sentra penjualan elektronik di Jakarta.

Glodok yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat kini juga menjadi salah satu daya tarik wisata sejarah di kawasan Kota Tua Jakarta. Glodok memiliki nilai sejarah tinggi sebagai saksi kehidupan etnis Tionghoa sejak zaman Kolonial. Dapati jejaknya dari ragam bangunan tua, vihara, dan tentunya juga denyut kehidupan etnis Tionghoa yang masih terasa kental di kawasan ini.

Awalnya, pada zaman kolonial, Glodok ditunjuk sebagai kawasan khusus bagi etnis Tionghoa agar Belanda lebih mudah mengawasi mereka setelah terjadinya tragedi yang dikenal dengan nama Geger Pacinan pada 1740. Pada masa itu, tercatat salah satu sejarah paling hitam di Batavia dimana lebih dari 10 ribu etnis Tionghoa terbunuh. Kali Angke yang letaknya berdekatan dengan Glodok pada saat itu menjadi merah karena darah dari para korban. Dalam Bahasa Mandarin, Angke sendiri bermakna kali merah.

Lihatlah kesibukan di Pasar Petak Sembilan; toko-toko grosir, obat, bahan sandang, kuliner, rumah makan dengan ciri khas Tionghoa yang mencolok berderet di sepanjang jalan. Hiruk-pikuk arus lalu lintas yang padat menjadi penanda betapa sibuknya kawasan ini.

Dari pasar ini, perjalanan dapat dilanjutkan menelusuri kawasan Pecinan Glodok. Beberapa orang lebih suka memulai telusur Pecinan dari Kota Tua atau Pasar Asemka yang disebut sebagai pintu masuk kawasan ini. Tapi dari mana pun tak jadi soal. Berjalan kaki bisa menjadi pilihan bijak saat menelusuri jejak-jejak oriental yang kental di kawasan ini.

Di antara deretan toko dan ruko Pasar Petak Sembilan, tampak beberapa gang kecil yang akan mengantar langkah Anda ke beberapa bangunan khas Tionghoa yang antik. Apabila Anda melangkah ke Jalan Pintu kecil I maka akan ditemukan rumah antik berhias ornamen khas Tionghoa yang kabarnya merupakan milik saudagar tembakau. Tulisan plat “Vervonding” tampak masih menempel di dinding rumah. Tidak jauh dari rumah ini, temukan rumah kuno lain yang tepat berada di titik tusuk sate. Uniknya, selain nampak antik meski agak tidak terawat, pada bagian atap rumah ini terlihat sebuah guci. Menurut kepercayaan Tionghoa, yang mengadopsi konsep feng shui dalam membangun rumah, guci ini dipercaya bisa menangkal hal buruk terkait letak rumah pada tusuk sate.

Keantikan bangunan tua tidak hanya terlihat dari bangunan yang menjadi hunian atau pertokoan. Jejak sejarah Pecinan juga dapat dinikmati di beberapa vihara berusia ratusan tahun yang masih berfungsi hingga kini. Ada tiga vihara tua di daerah ini, termasuk vihara tertua bernama Dharma Bakti yang dibangun tahun 1650.

Dari Jalan Pintu Kecil 1, Anda hanya perlu belok kiri hingga menemukan jalan raya. Dari sana, tinggal menyeberang dan menelusuri Jalan Kemenangan III. Sebuah plat besi berwarna kuning menjadi penanda menuju vihara pertama dan termuda usianya, yaitu Vihara Tanda Bhakti. Vihara berusia sekira 256 tahun ini tampak megah dengan dominasi warna merah dan kuning pada pilar dan atap vihara. Di bagian depan, terdapat bangunan terbuka tempat sembahyang yang menaungi hio-louw untuk menancapkan hio atau dupa lidi. Pada bagian atap bangunan utama, tampak 4 bentuk naga dan sebutir mutiara tepat di tengah.

Interior Tanda Bhakti cukup menarik. Di ruang utama, warna merah mendominasi tempat pemujaan. Di bagian dalam, terdapat beberapa area sembahyang yang memuja beberapa dewa. Pada beberapa sisi dinding bangunan, tampak pula relief dewa penuh warna.

Masih di Jalan Kemenangan III, terdapat Vihara Dharma Jaya (Toasebio) yang tampak luar terkesan cerah oleh warna dominan merah. Tempat sembahyang bagian luar dinaungi 2 atap dengan ornament naga dan burung di sudut terluar atapnya. Puncak atap menjunjung bunga teratai.

Vihara ini tengah berhias untuk menyambut perayaan ulang tahunnya yang ke-259. Pada ruang utama vihara, tampak lampion merah memenuhi langit-langit. Di beberapa sudut terdapat tempat pemujaan. Lilin-lilin kecil yang berjajar rapi juga menambah nuansa tersendiri pada vihara yang memiliki bangunan tambahan hingga beberapa lantai ini.

Tak jauh dari Vihara Dharma Jaya, Anda dapat melihat arsitektur Gereja St. Maria de Fatima yang atapnya mengadopsi gaya atap vihara atau bangunan khas oriental. Gereja ini dulunya merupakan kediaman kapiten China di Batavia.

Teruskan perjalanan Anda hingga tiba di vihara tertua di Jakarta, Dharma Bhakti, yang dibangun pada 1650. Tahun 1740, kelenteng ini sempat dibakar pada Tragedi Geger Pacinan namun kembali dibangun pada 1755.

Sebelum ke bangunan utama, terdapat 3 bangunan berjajar yang juga merupakan tempat sembahyang. Tampak para pengemis berjejer di depan pintu masuk vihara utama yang juga dikenal dengan nama Jin de Yuan atau Kim Tek Le yang berarti Kelenteng Kebajikan Emas ini.
 Vihara Dharma Bhakti - Indonesia.travel
Vihara Dharma Bhakti memang lebih ramai dibanding 2 vihara sebelumnya. Di bagian dalam, tampak lilin-lilin merah raksasa tertebar di beberapa sudut. Bias cahaya Matahari yang masuk memberi efek tersendiri saat mengenai asap dupa atau lilin.

Selain beberapa banguan tersebut di atas, masih banyak bangunan lain yang menyimpan romantisme corak oriental tua nan bersejarah, seperti Toko Obat Lay An Tong, Rumah Keluarga Souw (saudagar kaya), Toko Gloria, dan lainnya.